Rabu, 18 Maret 2020

Mereka yang Jadi Saksi Awal Mula Lantunan Adzan





Ketika itu, saat sudah masuk waktunya, umat tanpa dipanggil sudah berkumpul untuk menunaikan sholat. Namun ketika sudah hijrah ke Madinah, Rasulullah merasa perlu membuat tanda panggilan untuk sholat.

Dikutip dari Biografi Umar bin Khatab karya Muhammad Hasan Haekal, awalnya Rasulullah kepikiran untuk menggunakan terompet, seperti kebiasaan orang Yahudi. Namun beliau sendiri tidak menyukai terompet.
Kemudian terpikir menggunakan genta yang akan ditabuh saat masuk waktu sholat. Waktu itu umat Nasrani sudah lebih dulu menggunakan genta untuk memanggil jemaahnya melakukan ibadah.

Rasulullah kemudian menugaskan Umar bin Khatab untuk membeli genta keesokan harinya. Namun saat tidur di malam harinya, Umar bermimpi. Umar dalam mimpinya diperintahkan untuk tidak menggunakan Genta tapi serukan Adzan untuk memanggil umat Sholat. Maka Umar bermaksud menemui Rasulullah untuk memberi tahukan mimpinya.
Kisah kali ini tentang orang-orang yang terlibat langsung dalam sejarah awal mula lantunan adzan. Di awal kenabian Rasululllah Muhammad SAW tak ada panggilan khusus bagi umat Islam untuk menunaikan sholat wajib.

Pada saat bersamaan Abdullah bin Zaid juga mengalami mimpi yang sama. Abdullah bin Zaid pun menemui Rasulullah.

Dalam versi lain disebutkan bahwa, saat Umar dan Zaid mimpi hal yang sama, Rasulullah sudah lebih dulu mendapat wahyu soal adzan.

Hari itu, sebelum Umar dan Zaid memberitahukan mimpinya, Rasulullah sudah menyuruh Bilal mengumandangkan adzan dengan lafal yang sekarang sering kita dengar.

Umar yang ketika itu masih di rumah mendengar adzan yang dilantunkan Bilal. Dia pun keluar rumah dan menemui Rasulullah, lalu diceritakannya mimpi soal seruan adzan.

"Rasulullah, demi yang mengutus Anda dengan sebenarnya, saya bermimpi seperti itu (seruan Adzan)," kata Umar.

Sejak itulah adzan berkumandang di Madinah saat masuk waktu sholat. Umar bin Khatab dan Abdullah bin Zaid dua tokoh yang jadi saksi dalam sejarah asal muasal seruan Adzan.

 

Rabu, 29 Januari 2020

Uwais Al Qorni, Namanya Terkenal di Langit karena Baktinya Pada Ibunda

Di Yaman, tinggalah seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak, tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, ia adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti kepadanya Ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan Ibunya. Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan.

“Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji,” pinta Ibunya. Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan.
Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seeokar anak lembu, Kira-kira untuk apa anak lembu itu? Tidak mungkinkan pergi Haji naik lembu. Olala, ternyata Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. “Uwais gila.. Uwais gila…” kata orang-orang. Yah, kelakuan Uwais memang sungguh aneh.

Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi.
Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar. Ia menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. Ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya.
Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah! Subhanallah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.

Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka’bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka’bah, ibu dan anak itu berdoa. “Ya Allah, ampuni semua dosa ibu,” kata Uwais. “Bagaimana dengan dosamu?” tanya ibunya heran. Uwais menjawab, “Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga.”
Subhanallah, itulah keinganan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan karunianya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Tahukah kalian apa hikmah dari bulatan disisakan di tengkuk? itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat utama Rasulullah SAW untuk mengenali Uwais.
Beliau berdua sengaja mencari Uwais di sekitar Ka’bah karena Rasullah SAW berpesan “Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolong dia berdua untuk kamu berdua.”

“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan).” (HR. Bukhari dan Muslim)

CERITA KEHIDUPAN UWAIS AL QORNI

Pemuda bernama Uwais Al-Qarni. Ia tinggal dinegeri Yaman. Uwais adalah seorang yang terkenal fakir, hidupnya sangat miskin. Uwais Al-Qarni adalah seorang anak yatim. Bapaknya sudah lama meninggal dunia. Ia hidup bersama ibunya yang telah tua lagi lumpuh. Bahkan, mata ibunya telah buta. Kecuali ibunya, Uwais tidak lagi mempunyai sanak family sama sekali.
Dalam kehidupannya sehari-hari, Uwais Al-Qarni bekerja mencari nafkah dengan menggembalakan domba-domba orang pada waktu siang hari. Upah yang diterimanya cukup buat nafkahnya dengan ibunya. Bila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dia dan ibunya. Demikianlah pekerjaan Uwais Al-Qarni setiap hari.

Uwais Al-Qarni terkenal sebagai seorang anak yang taat kepada ibunya dan juga taat beribadah. Uwais Al-Qarni seringkali melakukan puasa. Bila malam tiba, dia selalu berdoa, memohon petunjuk kepada Allah. Alangkah sedihnya hati Uwais Al-Qarni setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka telah bertemu dengan Nabi Muhammad, sedang ia sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah. Berita tentang Perang Uhud yang menyebabkan Nabi Muhammad mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya, telah juga didengar oleh Uwais Al-Qarni. Segera Uwais mengetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini dilakukannya sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad saw, sekalipun ia belum pernah bertemu dengan beliau. Hari demi hari berlalu, dan kerinduan Uwais untuk menemui Nabi saw semakin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi Muhammad saw dan memandang wajah beliau dari dekat? Ia rindu mendengar suara Nabi saw, kerinduan karena iman.
Tapi bukankah ia mempunyai seorang ibu yang telah tua renta dan buta, lagi pula lumpuh? Bagaimana mungkin ia tega meninggalkannya dalam keadaan yang demikian? Hatinya selalu gelisah. Siang dan malam pikirannya diliputi perasaan rindu memandang wajah nabi Muhammad saw.

Akhirnya, kerinduan kepada Nabi saw yang selama ini dipendamnya tak dapat ditahannya lagi. Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinyadan mohon ijin kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah. Ibu Uwais Al-Qarni walaupun telah uzur, merasa terharu dengan ketika mendengar permohonan anaknya. Ia memaklumi perasaan Uwais Al-Qarni seraya berkata, “pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang.”
Betapa gembiranya hati Uwais Al-Qarni mendengar ucapan ibunya itu. Segera ia berkemas untuk berangkat. Namun, ia tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkannya, serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah.

Uwais Ai-Qarni Pergi ke Madinah

Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Uwais Al-Qarni sampai juga dikota madinah. Segera ia mencari rumah nabi Muhammad saw. Setelah ia menemukan rumah Nabi, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam, keluarlah seseorang seraya membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan Nabi saw yang ingin dijumpainya. Namun ternyata Nabi tidak berada dirumahnya, beliau sedang berada di medan pertempuran. Uwais Al-Qarni hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah ra, istri Nabi saw. Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw, tetapi Nabi saw tidak dapat dijumpainya.
Dalam hati Uwais Al-Qarni bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi saw dari medan perang. Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan masih terngiang di telinganya pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman, “engkau harus lekas pulang”.

Akhirnya, karena ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi saw. Karena hal itu tidak mungkin, Uwais Al-Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah ra untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi saw. Setelah itu, Uwais Al-Qarni pun segera berangkat mengayunkan langkahnya dengan perasaan amat haru.
Peperangan telah usai dan Nabi saw pulang menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi saw menanyakan kepada Siti Aisyah ra tentang orang yang mencarinya. Nabi mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni anak yang taat kepada ibunya, adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi saw, Siti Aisyah ra dan para sahabat tertegun. Menurut keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada yang mencari Nabi saw dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Nabi Muhammad saw melanjutkan keterangannya tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit itu, kepada para sahabatnya., “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih ditengah talapak tangannya.”
Sesudah itu Nabi saw memandang kepada Ali ra dan Umar ra seraya berkata, “suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”

Waktu terus berganti, dan Nabi saw kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar pun telah digantikan pula oleh Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi saw tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi saw itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni, si fakir yang tak punya apa-apa itu, yang kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap hari? Mengapa khalifah Umar ra dan sahabat Nabi, Ali ra, selalu menanyakan dia?

Rombongan kalifah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kalifah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kalifah yang baru datang dari Yaman, segera khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, khalifah Umar ra dan Ali ra segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni.
Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam. Tapi rupanya Uwais sedang shalat. Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, Uwais menjawab salam khalifah Umar ra dan Ali ra sambil mendekati kedua sahabat Nabi saw ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi saw. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni.
Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi saw bahwa dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra dan Ali ra menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al-Qarni”.

Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais Al-Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra memohon agar Uwais membacakan do’a dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, “saya lah yang harus meminta do’a pada kalian.”

Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata, “Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari anda.” Seperti yang dikatakan Rasulullah sebelum wafatnya. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar ra berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menampik dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”
Fenomena Ketika Uwais Al-Qarni Wafat

Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni berpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, disana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.
Meninggalnya Uwais Al-Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais Al-Qarni adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, disitu selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.

Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais Al-Qarni? bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.”

Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni disebabkan permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra dan Ali ra, agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw, bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.

Senin, 03 Desember 2018

Kisah Nabi Sulaiman

Dalam aqidah ahlussunnah waljama’ah yang benar, ada 25 orang Rasul yang wajib diimani dan diketahui oleh setiap muslim. Salah satu dari 25 Nabi sekaligus Rasul tersebut adalah Nabi Sulaiman as.
Sebenarnya jumlah Nabi sepanjang hidup umat manusia dalam suatu riwayat berjumlah sekitar 124.000 orang. Jumlah Rasul sendiri adalah 313 orang. Namun dalam aqidah kita, yang wajib kita ketahui hanya 25 orang nabi dan rasul saja.
Selebihnya hanya wajib kita imani (bahwa para nabi dan Rasul tersebut ada) saja, tidak sampai harus diketahui.
Oleh karena itu, mengetahui kisah atau cerita ke-25 Rasul tersebut merupakan suatu keharusan. Dengan mempelajari kisah Nabi Sulaiman as, maka kita sudah menjalankan sebagian keharusan tersebut. Namun, jangan lupa juga membaca kisah rasul yang lain. 

Siapakah Nabi Sulaiman as?

Dalam urutan nama-nama Nabi dan Rasul yang sudah sering kita baca dalam buku-buku cerita Nabi, Nabi Sulaiman as ada di urutan ke-18 sebelum nabi sesudah Nabi Daud as dan sebelum Nabi Ilyas as.
Ayah kandung dari Nabi Sulaiman as adalah Nabi Daud as. Sebelum Nabi Sulaiman as diangkat menjadi Rasul dan memegang kerajaan, rasul sekaligus raja sebelumnya adalah ayahnya sendiri, Nabi Daud as.
Nabi Sulaiman as dan ayahnya Nabi Daud as merupakan dua orang Rasul yang diutus kepada bani Israil di Palestina pada waktu itu.

Keteladanan dan Keistimewaan Nabi Sulaiman as

Sejak masih kanak-kanak hingga remaja, Nabi Sulaiman sudah memperlihatkan kecerdasan, kecakapan dan kemampuan berpikir yang baik terutama dalam pengambilan keputusan. Nabi Sulaiman as diceritakan juga sering Menengahi berbagai perselisihan yang terjadi antar penduduk di kalangan Bani Israil.
Beliau juga seringkali ikut bersama ayahnya dalam persidangan untuk menangani berbagai perselisihan yang terjadi di kalangan Bani Israil. Nabi Sulaiman as memang sengaja diajak bersama sebagai proses kaderisasi jika suatu saat Nabi Dauh as wafat.
Dalam sejarah, diketahui bahwa Nabi Sulaiman as memang yang paling pandai di antara saudaranya yang lain.
Ada satu kejadian yang menunjukkan kematangan Nabi Sulaiman dalam menengahi perselisihan. Dalam sebuah persidangan ada dua orang datang meminta Nabi Daud as memutuskan perkara mereka, anggaplah si A dan si B.
Kebun si A telah dimasuki oleh kambing-kambing si B saat malam hari sehingga isi kebun yang telah dirawat sekian lama itu habis dirusak dan dimakan. Padahal sudah masuk masa panen. Si B sendiri mengakui kejadian tersebut.
Dalam permasalahan itu, Nabi Daud memutuskan si B wajib menyerahkan kambing-kambingnya kepada si A sebagai ganti rugi.
Nabi Sulaiman merasa keputusan tersebut kurang tepat.
Beliau kemudian berkata kepada ayahnya kurang lebih seperti ini:
“Wahai ayahku, menurut pertimbanganku keputusan tersebut kurang tepat. Menurutku sebaiknya karena kambing si B telah memakan tanaman si A, maka si B wajib memugarkan (dengan ditanam kembali misalnya) kembali tanaman tersebut sehingga seperti sedia kala. Dan selama si B mengerjakan demikian, maka si A wajib menjaga kambing-kambing si B, merawatnya dan mengambil manfaat seperlunya.”
Kuputusan tersebut diterima dengan baik oleh kedua orang yang menggugat dan digugat. Kejadian ini menjadikan Nabi Sulaiman as semakin dikagumi kecerdasannya.

Kerajaan Nabi Sulaiman as

Seperti dijelaskan sebelumnya, sejak masih muda, Nabi Sulaiman telah disiapkan oleh Nabi Daud untuk menggantikannya mengepalai kerajaan Bani Israil.
Kakak Nabi Sulaiman, Absyalum, tidak rela dilangkahi oleh adiknya. Ia beranggapan dialah yang sepatutnya menjadi putera mahkota sebagai pewaris pertama kerajaan Bani Israil.
Absyalum kemudian melakukan propaganda untuk menggulingkan pemerintahan ayahnya. Dia mengumpulkan masyarakat yang telah dipengaruhi untuk menduduki instana.
Rencana Absyalum berhasil. Absyalum menguasai kerajaan selama beberapa waktu. Namun dengan berbagai usaha, kerajaan tersebut bisa direbut kembali oleh Nabi Daud as.
Ketika Nabi Daud As wafat, kerajaan Bani Israil diberikan kepada Nabi Sulaiman As. Mulai saat itu, Nabi Sulaiman as lah yang memimpin kerajaan Bani Israil hingga beliau wafat.

Mukjizat Nabi Sulaiman as

Setiap Rasul pasti diberikan mukjizat oleh Allah SWT, begitu juga dengan Nabi Sulaiman as. Nabi Sulaiman as dianugerahi beberapa mukjizat oleh Allah SWT. Beberapa di antaranya adalah mampu menguasai para jin dan mampu berbicara dengan binatang.
Hal ini tentu tidak bisa dilakukan oleh manusia biasa seperti kita. Itulah kenapa hal tersebut dinamakan den
gan mukjizat, karena merupakan hal yang luar biasa dan di luar nalar.
Beberapa mukjizat Nabi Sulaiman as bisa kita lihat dalam dua ayat Alquran ini.
Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: “Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambanya yang beriman” (An Naml: 15)
Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: “Hai Manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata (An Naml: 16).
Juga bisa kita baca dalam ayat di bawah ini.
Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu. ” (Al-anbiya: 81)

Nabi Sulaiman as Mampu Berbicara dan Mengendalikan Makhluk Lain (dengan izin Allah)

Seperti disebutkan sebelumnya, Nabi Sulaiman as dianugerahi banyak sekali kelebihan dan mukjizat oleh Allah SWT. Salah satunya adalah mampu menundukkan makhluk lain seperti jin dan burung.
Hal ini seperti termaktub dalam surat An Naml ayat 17:
“Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan).” (An Naml: 17)
Sementara dalam surat yang lain, Nabi Sulaiman dikabarkan mampu mengendalikan angin.
Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al Anbiya: 81)
Dikisahkan juga bahwa yang pembangunan gedung-gedung di masa kerajaan Nabi Sulaiman as dilakukan oleh para jin (dalam Alquran menggunakan kata syaithan). Hal ini bisa kita baca dalam surat Al Anbiya:
Dan Kami telah tundukkan (pula kepada Sulaiman) segolongan syaitan-syaitan yang menyelam (ke dalam laut) untuknya dan mengerjakan pekerjaan selain daripada itu, dan adalah Kami memelihara mereka itu,” (Al Anbiya: 81)

Nabi Sulaiman as dan Semut

Selain mampu menundukkan para jin, Nabi Sulaiman as juga mampu menundukkan makhluk lain seperti binatang. Salah satu binatang yang suaranya didengar oleh Nabi Sulaiman as adalah semut. Hal ini juga disebutkan dalam Alquran surat An Naml ayat 18-19.
Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut:
Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”(An-Naml : 18)
Nabi Sulaiman as pun tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Beliau berdoa sebagaimana tertulis dalam ayat selanjutnya.
maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh“. (QS. An-Naml : 19)

Kisah Nabi Sulaiman dan Burung Hud-Hud

Suatu hari Nabi Sulaiman as mengumpulkan tentaranya dari berbagai jenis makhluk. Namun saat dilakukan pengecekan, burung hud-hud tidak ada dalam kelompok. Hal ini seperti tersebut dalam Alquran:
“ Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: “Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir. (QS. An Naml : 20)
Karena ketidakhadirannya, Nabi Sulaiman as sempat mengancam untuk menghukum burung hud-hud sebagaimana tertulis dalam ayat selanjutnya.
Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang”. (QS. An Naml : 21)
Ada juga versi cerita yang mengatakan bahwa setelah Nabi Sulaiman As membangun Baitulmaqdis dan melakukan ibadah haji, Beliau kemudian melakukan perjalannya ke Yaman. Setibanya di San’a, Ibu Kota Yaman, ia memanggil burung hud-hud untuk mencari sumber air di tempat yang kering dan tandus itu.
Ternyata burung hud-hud tidak kunjung datang. Nabi Sulaiman marah dan mengancam akan menghukum burung Hud-hud jika ketidakhadirannya karena alasan yang kurang jelas.
Namun tidak lama kemudian, burung hud-hud muncul. Cerita ini masih tertulis dalam ayat selanjutnya.
Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.” (QS. An Naml: 22)
Penjelasan dan percakapan antara Nabi Sulaiman as dan burung hud-hud (agar lebih mudah) akan kita pelajari sama-sama melalui ayat-ayat selanjutnya dari surat An Naml.
Burung hud-hud mengaku menjumpai seorang wanita yang mempunya singgasana atau kerajaan yang besar.
Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.  (QS. An Naml: 23)
Namun wanita tersebut dan kaumnya tidak menyembah Allah, melainkan menyembah matahari.
Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk,  (QS. An Naml: 24)
agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. (QS. An Naml: 25)
Allah, tiada Tuhan Yang disembah kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai ‘Arsy yang besar (QS. An Naml: 26)
Setelah mendengan penjelasan dari burung hud-hud, Nabi Sulaiman as kemudian menjawab:
Berkata Sulaiman: “Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta. (QS. An Naml: 27)
Ayat seterusnya dari surat An Naml akan menjelaskan kisah Nabi Sulaiman as  dan Ratu Balqis. Oleh karena itu, akan saya buat sub judul sendiri untuk lebih memudahkan.

Nabi Sulaiman as dan Ratu Balqis

Agar lebih afdhal, cerita selanjutnya akan saya runut berdasarkan cerita yang tertulis dalam surat An Naml. Selain ayat dalam Bahasa Arab, saya juga mencantumkan arti sekaligus tafsir (Jalalain). Silakan melanjutkan.
Nabi Sulaiman as kemudian melanjutkan dan meminta kepada burung hud-hud uuntuk mengantarkan surat kepada wanita/ratu tersebut (yang dimaksud adalah Ratu Balqis).
Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkan kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan (QS. An Naml: 28)
Surat itu kemudian sampai dan dibaca oleh Ratu Balqis. Isinya:
“Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang, surat ini adalah daripadaku, Sulaiman. Janganlah kamu bersikap sombong terhadapku dan menganggap dirimu lebih tinggi daripadaku. Datanglah sekalian kepadaku berserah diri.”
Dalam ayat selanjutnya, Ratu Balqis memberitahukan kepada pembesar-pembesar di negerinya terkait surat tersebut.
Berkata ia (Balqis): “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. (QS. An Naml: 29)
“Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman dan sesungguhnya isinya) kandungan isi surah itu, (‘Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang).” (QS. An Naml: 30)
أَلَّا تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ
(Janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku, sebagai orang-orang yang berserah diri’)“. (QS. An Naml: 31)
قَالَتْ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ أَفْتُونِي فِي أَمْرِي مَا كُنتُ قَاطِعَةً أَمْرًا حَتَّىٰ تَشْهَدُونِ
“(Berkata dia, “Hai para pembesar! Berilah aku pertimbangan) dapat dibaca Al Mala-u Aftuni dan Al Mala-uwaftuni, maksudnya, kemukakanlah saran kamu sekalian kepadaku (dalam urusanku ini, aku tidak pernah memutuskan suatu persoalan) karena aku belum pernah memutuskannya (sebelum kalian berada dalam majelisku”) sebelum kalian semua hadir di majelisku ini.” (QS. An Naml: 32)
Para pembesar Ratu Balqis kemudian memberikan jawaban seperti dalam ayat 33 berikut.
قَالُوا نَحْنُ أُولُو قُوَّةٍ وَأُولُو بَأْسٍ شَدِيدٍ وَالْأَمْرُ إِلَيْكِ فَانظُرِي مَاذَا تَأْمُرِينَ
“(Mereka menjawab, “Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan juga memiliki keberanian yang sangat) dalam peperangan (dan keputusan berada di tanganmu, maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan”) kami akan menaati perintahmu.” (QS. An Naml: 33)
Secara tersirat, para pembesar tersebut menyarankan untuk mengangkat senjata karena secara kekuatan dirasa sanggup. Namun keputusan tetap beraada di tangan Ratu mereka.
Ratu Balqis kemudian menjawab.
قَالَتْ إِنَّ الْمُلُوكَ إِذَا دَخَلُوا قَرْيَةً أَفْسَدُوهَا وَجَعَلُوا أَعِزَّةَ أَهْلِهَا أَذِلَّةً ۖ وَكَذَٰلِكَ يَفْعَلُونَ
(Dia berkata, “Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya) melakukan pengrusakan di dalamnya (dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina, dan demikian pula yang akan mereka perbuat) yang akan dilakukan oleh para pengirim surah ini. (QS. An Naml: 34)
Ratu Balqus memilih untuk mengirimkan hadiah kepada sipengirim surat (waktu itu belum tahu Nabi Sulaiman a.s) sebagai bentuk beritiqad baik.
وَإِنِّي مُرْسِلَةٌ إِلَيْهِم بِهَدِيَّةٍ فَنَاظِرَةٌ بِمَ يَرْجِعُ الْمُرْسَلُونَ
“(Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan membawa hadiah, dan aku akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu”) apakah mereka akan menerima hadiahku ini atau menolaknya. Jika ia seorang raja niscaya ia akan menerimanya, jika ia seorang Nabi niscaya ia akan menolaknya. Kemudian ratu Balqis mengirimkan para pelayan lelaki dan perempuan yang jumlahnya dua ribu orang; separuh laki-laki dan separuh lagi perempuan. Para utusan itu membawa lima ratus balok emas, sebuah mahkota yang bertatahkan permata, minyak kesturi, minyak anbar dan hadiah-hadiah lainnya beserta sebuah surah jawaban. Burung Hud-hud segera terbang menuju ke Nabi Sulaiman untuk memberitakan kepadanya semua apa yang ia dengar dan saksikan itu. Setelah Nabi Sulaiman mendapat berita dari burung Hud-hud, maka segera ia memerintahkan pasukannya untuk membuat batu bata dari emas dan perak, hendaknya dari tempat ia berkemah sampai dengan sembilan farsakh dihampari permadani, kemudian di sekelilingnya dibangun tembok yang terbuat dari batu bata emas dan perak, kemudian ia memerintahkan kepada anak-anak jin supaya mendatangkan hewan darat dan hewan laut yang paling indah untuk ditaruh di sebelah kanan dan kiri lapangan dekat istana yang dibangunnya itu.” (QS. An Naml: 35)
Utusan Ratu Balqis kemudian sampai di kediaman Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman lalu berujar kepada para utusan tersebut.
فَلَمَّا جَاءَ سُلَيْمَانَ قَالَ أَتُمِدُّونَنِ بِمَالٍ فَمَا آتَانِيَ اللَّهُ خَيْرٌ مِّمَّا آتَاكُم بَلْ أَنتُم بِهَدِيَّتِكُمْ تَفْرَحُونَ
(Maka tatkala utusan itu sampai) utusan ratu Balqis yang membawa hadiah berikut dengan pengiring-pengiringnya(kepada Sulaiman. Sulaiman berkata, “Apakah patut kalian menolong aku dengan harta?, apa yang diberikan Allah kepadaku) berupa kenabian dan kerajaan (lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepada kalian) yakni keduniaan yang diberikan kepada kalian (tetapi kalian merasa bangga dengan hadiah kalian itu) karena kalian merasa bangga dengan harta keduniaan yang kalian miliki. (QS. An Naml: 36)
Nabi Sulaiman kemudian memerintahkan para utusan tersebut untuk kembali. Tidak hanya itu, Nabi Sulaiman meminta ratu mereka untuk mendatangi Nabi Sulaiman. Bahkan Nabi Sulaiman mengancam akan mengusir mereka dari negeri mereka (negeri Saba’) jika sang ratu tidak mau datang. Hal ini tertulis dalam ayat selanjutnya.
ارْجِعْ إِلَيْهِمْ فَلَنَأْتِيَنَّهُم بِجُنُودٍ لَّا قِبَلَ لَهُم بِهَا وَلَنُخْرِجَنَّهُم مِّنْهَا أَذِلَّةً وَهُمْ صَاغِرُونَ
(Kembalilah kepada mereka) dengan hadiah yang kamu bawa itu (sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak mempunyai kekuatan) tidak berdaya lagi (untuk melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu) dari negeri tempat tinggal mereka, yaitu negeri Saba’. Negeri ini dinamai dengan nama kakek moyang mereka (dengan terhina dan mereka menjadi tawanan”) jika mereka tidak mau datang kepadaku dengan berserah diri. Ketika utusan itu kembali kepada ratu Balqis berikut dengan hadiah yang mereka bawa sebelumnya, ratu Balqis menempatkan singgasananya di dalam keratonnya yang berpintu tujuh, sedangkan keraton ratu Balqis berada di dalam tujuh keraton yang besar-besar. Kemudian semua pintu-pintunya dikunci dengan rapat dan menugaskan sebagian bala tentaranya untuk menjaga keraton dan singgasananya. Setelah itu ia bersiap-siap untuk melakukan perjalanan menghadap Nabi Sulaiman, untuk melihat apa yang bakal diperintahkan oleh Nabi Sulaiman kepada dirinya. Berangkatlah ratu Balqis dengan membawa dua belas ribu pasukannya; menurut pendapat yang lain disebutkan bahwa jumlah tentara yang dibawanya pada saat itu sangat banyak, sehingga dari jarak satu farsakh dapat terdengar suara gemuruhnya. (QS. An Naml: 37)
Mengetahui Ratu Balqis memenuhi permintaan Nabi Sulaiman, maka Nabi Sulaiman memerintahkan kepada para pembesarnya untuk membawa istana Ratu Balqis kepada Nabi Sulaiman.
قَالَ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ أَيُّكُمْ يَأْتِينِي بِعَرْشِهَا قَبْلَ أَن يَأْتُونِي مُسْلِمِينَ
“(Berkata Sulaiman, “Hai pembesar-pembesar! Siapakah di antara kamu sekalian) lafal ayat ini dapat dibaca secara Tahqiq dan dapat pula ia dibaca secara Tas-hil sebagaimana keterangan sebelumnya (yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri?”) yakni taat dan tunduk kepadaku. Maka aku harus mengambil singgasananya itu sebelum mereka datang, bukan sesudahnya.” (QS. An Naml: 38)
Permintaan Nabi Sulaiman ini kemudian disambut oleh jin ifrit.
قَالَ عِفْرِيتٌ مِّنَ الْجِنِّ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَن تَقُومَ مِن مَّقَامِكَ ۖ وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ
“(Ifrit dari golongan jin berkata,) yakni jin yang paling kuat lagi keras (“Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu) dari majelis tempat ia melakukan peradilan di antara orang-orang, yaitu dari mulai pagi sampai tengah hari (dan sesungguhnya aku benar-benar kuat) untuk membawanya (lagi dapat dipercaya.”) atas semua permata dan batu-batu berharga lainnya yang ada pada singgasananya itu. Maka Nabi Sulaiman berkata, “Aku menginginkan yang lebih cepat dari itu”.” (QS. An Naml: 39)
Mendengar permintaan Nabi Sulaiman,  Ashif ibnu Barkhiya (ada yang mengatakan sepupu Nabi Sulaiman, ada yang mengatakan juru tulis Nabi Sulaiman) mengatakan bisa membawa singgasana tersebut dalam sekelip mata.
فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ
(Seorang yang mempunyai ilmu dari Al kitab) yang diturunkan (berkata,) ia bernama Ashif ibnu Barkhiya; dia terkenal sangat jujur dan mengetahui tentang asma Allah Yang Teragung, yaitu suatu asma apabila dipanjatkan doa niscaya doa itu dikabulkan (“Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”) jika kamu tujukan pandanganmu itu kepada sesuatu. Maka Ashif berkata kepadanya, “Coba lihat langit itu”, maka Nabi Sulaiman pun menujukan pandangannya ke langit, setelah itu ia mengembalikan pandangannya ke arah semula sebagaimana biasanya, tiba-tiba ia menjumpai singgasana ratu Balqis itu telah ada di hadapannya. Ketika Nabi Sulaiman mengarahkan pandangannya ke langit, pada saat itulah Ashif berdoa dengan mengucapkan Ismul A’zham, seraya meminta kepada Allah supaya Dia mendatangkan singgasana tersebut, maka dikabulkan permintaan Ashif itu oleh Allah. Sehingga dengan seketika singgasana itu telah berada di hadapannya. Ibaratnya Allah meletakkan singgasana itu di bawah bumi, lalu dimunculkan-Nya di bawah singgasana Nabi Sulaiman. (Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak) telah berada (di hadapannya, ia pun berkata, “Ini) yakni didatangkannya singgasana itu untukku (termasuk karunia Rabbku untuk mencoba aku) untuk menguji diriku (apakah aku bersyukur)mensyukuri nikmat, lafal ayat ini dapat dibaca Tahqiq dan Tas-hil (atau mengingkari) nikmat-Nya. (Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya) artinya pahalanya itu untuk dirinya sendiri (dan barang siapa yang ingkar) akan nikmat-Nya (maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya) tidak membutuhkan kesyukurannya (lagi Maha Mulia”) yakni tetap memberikan kemurahan kepada orang-orang yang mengingkari nikmat-Nya. (QS. An Naml: 40)
Ketika singgasana tersebut telah berada di hadapan Nabi Sulaiman, beliau berkata.
قَالَ نَكِّرُوا لَهَا عَرْشَهَا نَنظُرْ أَتَهْتَدِي أَمْ تَكُونُ مِنَ الَّذِينَ لَا يَهْتَدُونَ
(Dia berkata, “Ubahlah baginya singgasananya) yaitu bentuknya sehingga bila kelak ia melihatnya tidak yakin bahwa singgasana itu miliknya sendiri, (maka kita akan melihat apakah dia mengenal) yakni dapat mengetahuinya (ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenalnya”) tidak mengetahuinya karena telah mengalami perubahan. Nabi Sulaiman sengaja melakukan hal ini untuk menguji kecerdasan akalnya, karena menurut kata orang-orang dia berakal cerdas. Maka mereka segera mengubah singgasana itu dengan cara menambahi dan mengurangi serta memoles bagian-bagiannya. (QS. An Naml: 41)

Saat Ratu Balqis tiba, beliau tidak menyangka bahwa ada istina yang menyerupai istananya di Saba. Selama ini beliau berpikir beliaulah pemilik istana terindah.
Saat ditanya oleh Nabi Sulaiman as: “Seperti inikah singgasanamu?” Dengan terperanjat Ratu Balqis menjawab: “Seakan-akan singgasana ini singgasanaku” Kemudian Ratu Balqis dipersilakan masuk ke istana Nabi Sulaiman.
Peristiwa tersebut membuat Ratus Balqis takjub dan menyadari kekurangannya. Beliau pun memohon maaf atas kekhilafaanya selama ini. Ratu Balqis kemudian menikah dengan Nabi Sulaiman as.

Penutup

Itulah beberapa bagian kisah dari Nabi Sulaiman as. Tentu banyak sekali bagian cerita dari seorang Rasul Allah yang mulia tersebut. Namun yang sampai kepada kita melalui Alquran dan referensi lainnya hanya beberapa bagian saja.
Jika ada yang ingin menambahkan, silakan tulis di kolom komentar ya. Atau jika ada kesalahan dalam cerita maupun penulisan, mohon juga revisinya.


Senin, 24 September 2018

Siti Hajar (Hagar), Ibunda Nabi Ismail, bukanlah seorang Budak

Di kalangan Bani Israil, dikenal istilah  Targum. Targum merupakan Tafsir dari Kitab Perjanjian Lama. Tercatat salah seorang ahli tafsir yang terkenal bernama Salomon bin Ishak (1040-1105) dari Troye.
mesir2
Salomon bin Ishak dalam Targum-nya menulis :
Hagar had been given as a slave to Abraham by her father the Pharaoh of Egypt who said: “My daughter had better be a slave in the house of Abraham, than mistress in any other (Translation of the Targums by J.W.Etheridge).

“Hagar adalah puteri dari Firaun yang ketika melihat aneka mu’jizat dari pihak Sarah, berkata: lebih baik untuk anak perempuan saya ini menjadi pembantu dalam rumah (Ibrahim),” sehingga diangkatnya Ibrahim menjadi menantunya.
Dalam tafsirnya itu, Salomon bin Ishak berpendapat bahwa Hagar (Siti Hajar), adalah puteri dari seorang Penguasa Mesir.
Berdasarkan analisa Ustadz H. M. Nur Abdurrahman, Penguasa Mesir yang menjadi mertua dari Nabi Ibrahim, adalah Raja Salitis yang berasal dari Dinasti Hyksos.
Dalam sejarah, Dinasti Hyksos memiliki keyakinan Tauhid, yang berasal dari Kaum ‘Ad yang bernabikan Nabi Hud.
Mereka beremigrasi dan mendirikan kerajaan-kerajan di Babilonia, kemudian juga di Kan’an, sebagian lagi ke Mesir mendirikan Dinasti Hyksos setelah berhasil menundukkan penguasa setempat.
mesir3
Anggapan Hagar, seorang Budak
Diperkirakan sepeninggal Nabi Sulaiman, Bani Israil terperangkap dalam sifat kebanggaan yang berlebih-lebihan (chauvinism) yang berwujud rasialisme.
Hal ini berakibat Ismail (saudara Ishaq), tidak dipandang sebelah mata. Dari sinilah kemudian muncul anggapan, Hagar, ibunda Ismail hanya seorang budak dari Mesir.
Dari tafsiran yang keliru ini, muncul salah kaprah di kalangan Bani Israil. Mereka beranggapan, Nabi Ismail tidak berhak menyandang putera Nabi Ibrahim, lantaran ibunya seorang budak.
Kekeliruan yang ber-bau rasialis ini, tentu perlu diluruskan. Karena di dalam Bible sendiri, baik Ismail maupun Ishaq, adalah dua orang yang disebut “putera Ibrahim”, sebagaimana tertulis :
“Abraham mencapai umur seratus tujuh puluh lima tahun, lalu ia meninggal….. Dan anak-anaknya, Ishak dan Ismael, menguburkan dia dalam gua Makhpela…..” (Kejadian 25 : 7-9).
WaLlahu a’lamu bishshawab

Selasa, 12 September 2017

Kisah Nabi dan Rosul

1. Nabi Adam
Kisah Nabi Adam as : Diyakini sebagai Manusia pertama yang menginjakkan kakinya dibumi, sebagai pasangan Nabi Adam yaitu Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk kiri Nabi Adam.
Mereka diturunkan kebumi oleh Allah SWT karena telah berbuat kesalahan akibat godaan iblis (Syeitan). Nabi Adam dan Hawa dikaruniai 2 pasang putra dan putri yang bernama Qabil dan Iklima, kemudian Habil dan Labuda.
Qabil yang artinya bersifat Kasar, sedangkan Habil yang artinya bersifat Lembut.. Kedua sifat inilah yang akhirnya menjadi Sifat-sifat dasar manusia sampai saat ini.

2. Nabi Ayyub
Kisah Nabi Ayub: Keluarga Nabi Ayub dikenal sangat kaya raya dan sangat Dermawan, namun kesejahteraan ini tidak membuatnya sombong, ini yang mendorong iblis (Syeitan) untuk menggodanya.
Allah SWT pun menentang iblis sekiranya dia dapat meruntuhkan Iman Nabi Ayub.. Ujian itu pun tiba, seluruh harta yang dimiliki Nabi Ayub terbakar, setelah itu Nabi Ayub pun terserang penyakit kulit hingga 80 tahun lamanya. namun dia dan istrinya yang Setia, Rahmah, tetap bertawakkal kepada Allah SWT.
Sampai akhirnya Allah SWT berfirman agar Nabi Ayub menapakkan kedua kakinya di tanah, kemudian dari tanah tersebut keluarlah air yang dapat menyembuhkan penyakit Nabi Ayub yang dideritanya selama 80 tahun.

3. Nabi Daud
Kisah Nabi Daud: Figur Nabi Daud memuncak disaat dia berhasil membunuh Jalut, Pemimpin kaum pemberontak di Palestina. Nabi Daud kemudian diangkat menjadi Raja dan berlaku sangat adil, Di masanya.. kerajaan tumbuh kuat dan masyarakat menjadi makmur.
Suatu saat Nabi Daud melarang para Nelayan untuk melaut, namun peringatan tersebut dilanggar, sehingga terjadi bencana Gempa yang menewaskan seluruh penduduk.

4. Nabi Dzulkifli
Kisah Nabi Dzulkifli: Sejarah menyebutkan bahwa Nabi Dzulkifli adalah putra Nabi Ayub, dikisahkan pula bahwa dia mewarisi sifat sabar ayahnya yaitu Nabi Ayub.
Suatu saat beliau ditunjuk untuk menjadi Raja setelah dapat memenuhi persyaratan yang diminta, yaitu calon pengganti haruslah seorang yang sanggup berpuasa di siang hari, beribadah di malam hari, dan bukanlah seorang yang pemarah.

5. Nabi Harun
Kisah Nabi Harun: Nabi Harun disebut sebagai partner setia Nabi Musa, dia adalah sosok yang cakap berdakwah, pandai berdiplomasi, dan penuh perhatian. Nabi Harun selalu mendampingi Nabi Musa dalam berdakwah, hingga suatu saat Nabi Musa memutuskan untuk beruziah dan menitipkan pembinaan umatnya kepada Nabi Harun.
Nabi Harun juga sempat berjuang untuk memberantas penyembahan berhala yang dipimpin oleh Samiri salah seorang tukang sihir kerajaan Fir'aun.

6. Nabi Hud
Kisah Nabi Hud: Nabi Hud tergolong dalam kaum ada yang terhormat, kehidupan mereka serba maju dan berkecukupan. Namun sayangnya mereka selalu berfoya-foya dan tenggelam dalam kehidupan Fana.
Nabi Hud mengingatkan kepada mereka untuk bersyukur dan selalu memohon kepada Allah SWT, namun mereka menolak dan akhirnya murka Allah SWT datang dengan menurunkan Azab berupa Badai Gurun selama 7 hari 7 malam, Bagi kaum yang mendengarkan himbauan Nabi Hud selamat dengan berpindah ke Kota Hadramaut.
7. Nabi Ibrahim
Kisah Nabi Ibrahim: Nabi Ibrahim dikenal sebagai Bapak para Nabi, dia sangat dihormati oleh pemeluk 3 Agama yaitu:
- Islam
- Kristen
- Yahudi
Nabi Ibrahim-lah yang membangun Ka'bah dikota Mekkah, keyakinannya yang kuat terhadap Islam dimulai dari pencariannya akan Tuhan. Dia sangat tidak tidak menerima orang-orang disekitarnya yang menyembah berhala, sampai akhirnya Nabi Ibrahim dibakar hidup-hidup.. namun Allah SWT menurunkan Mukjizatnya dengan menyelamatkan Nabi Ibrahim dari kobaran api tersebut.

8. Nabi Idris
Kisah Nabi Idris: Nabi Idris diyakini sebagai Nabi pertama yang menulis dengan Pena, Masyarakat terdahulu mempercayai pula bahwa dia dibawa ke Surga tanpa mengalami kematian. Peristiwa itu terjadi ketika Nabi Idris berusia 82 tahun.

9. Nabi Ilyas
Kisah Nabi Ilyas: Nabi Ilyas tinggal di lembah sungai Yordan yang dimana penduduknya menyembah berhala, Nabi Ilyas menyerukan kepada mereka untuk meninggalkan berhala.
Namun mereka tidak mendengarkannya, bahkan mereka menantang Tuhan yang disembah Nabi Ilyas menurunkan bencana, dan akhirnya kekeringan melanda daerah tersebut.. setelah beberapa tahun kemudian, Nabi Ilyas dapat meyakinkan kaum tersebut untuk menyembah Allah SWT.

10. Nabi Ilyasa
Kisah Nabi Ilyasa: Nabi Ilyasa merupakan kerabat dekat dari Nabi Ilyas, setelah Nabi Ilyas meninggal dunia beliau melanjutkan perjuangan Nabi Ilyas untuk menghalau penyembahan berhala yang kembali merebak di lembah sungai Yordan.
Namun kaum tersebut tidak mau mendengarkan, sehingga bencana kekeringan kembali melanda mereka.

11. Nabi ISA
Kisah Nabi ISA: Nabi ISA adalah putra dari Maryam yang dilahirkan tanpa memiliki Suami, hal ini yang menimbulkan kontroversi dan hujatan bertubi-tubi kepada Maryam.
Secara ajaib Nabi ISA yang saat itu masih bayi tiba-tiba berbicara dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.. bahwa penciptaan dirinya diawali dari kedatangan malaikat Jibril kepada Ibunya.
Nabi ISA juga memperlihatkan banyak Mukjizat lainnya ketika dia tumbuh dewasa, diantaranya dengan membentuk seekor burung hidup dari tanah liat, menghidupkan orang mati, menyembuhkan kebutaan, dan mendatangkan makanan yang semula tidak ada.
Penyelamatan Nabi ISA dari penyaliban juga merupakan salah satu bentuk Mukjizat yang diberikan oleh Allah SWT.

12. Nabi Ishaq
Kisah Nabi Ishaq: Nabi Ishaq lebih banyak menemani Bapaknya yaitu Nabi Ibrahim dalam berdakwah dan menyebarkan ajaran Islam.

13. Nabi Ismail
Kisah Nabi Ismail: Nabi Ismail dan keluarganya merupakan orang-orang yang terdahulu melaksanakan Ibadah Haji, Suatu saat Nabi Ismail haus dan Ibunya bolak-balik dari Bukit Safa-Marwah untuk mencari air, hingga akhirnya keluarlah sebuah mata air yang saat ini dikenal sebagai "Air Zamzam".
Dalam perjalanan menuju tempat penyembelihan, Nabi Ismail digoda oleh Syeitan agar membatalkan niatnya. namun Nabi Ismail tidak goyah dan melempar Syeitan tersebut dengan Batu, yang saat ini menjadi Ritula Ibadah Haji yaitu Lempar Jumrah.
Seperti yang kita ketahui, saat akan disembelih jasad Nabi Ismail digantikan oleh seekor Kambing, yang akhirnya menjadi cikal bakal Ibadah Idul Adha.

14. Nabi Luth
Kisah Nabi Luth: Perjuangan Nabi Luth adalah menyeru kaum Sodom untuk kembali ke jalan yang benar yaitu meninggalkan Homoseksual, kemudian menyembah Allah SWT.
Pada akhirnya Allah SWT berfirman agar Nabi Luth segera meninggalkan pemukimannya dan kemudian Allah SWT menurunkan Azab yang pedih kepada kaum tersebut.

15. Nabi Musa
Kisah Nabi Musa: Kisah pertarungan Nabi Musa melawan Fir'aun merupakan salah satu kisah yang paling tersohor, dikisahkan bahwa Fir'aun merasa terancam dengan keberadaan Nabi Musa yang menyebarkan ajaran Islam untuk mengesahkan Allah SWT.
Mereka bertarung dan akhirnya Nabi Musa memenangkannya dengan bantuan tongkanya, kemudian Nabi Musa dan kaumnya dikejar oleh para pengikut Fir'aun. Namun mereka berhasil lolos dengan bantuan tongkat Nabi Musa yang dapat membelah lautan.
Nabi Musa akhirnya mendapat Mukjizat Kitab Taurat yang dikenal dengan perjanjian lama yang berisi ajaran pokok 10 Perintah Allah SWT.

16. Nabi Nuh
Kisah Nabi Nuh: Nabi Nuh menyebarkan ajaran Islam untuk menyembah Allah SWT, namun masyarakat menolak dan menganggapnya gila. Nabi Nuh kemudian diberikan peringatan oleh Allah SWT bahwa akan ada banjir besar yang akan melanda daerahnya.
Oleh karena itu Nabi Nuh diperintahkan untuk membuat sebuah kapal, Namun masyarakat sekitar tetap tidak mendengarkan peringatan yang disampaikan oleh Nabi Nuh, sehingga mereka semua hanyut dalam banjir tersebut.

17. Nabi Shalih
Kisah Nabi Shalih: Mukjizat Nabi Shalih yang paling terkenal adalah Unta betina yang keluar dari batu, setelah Nabi Shalih memukulkan Telapak Tangannya.
Nabi Shalih meminta agar penduduk setempat untuk tidak mengganggu Unta tersebut dan susunya boleh diperah untuk memenuhi kebutuhan penduduk miskin, namun kaum yang tidak menyukainya berusaha untuk membunuh Unta tersebut, pada akhirnya mereka dijatuhi Azab Petir dan Gempa.

18. Nabi Sulaiman
Kisah Nabi Sulaiman: Salah satu keahlian Nabi Sulaiman yang paling menonjol adalah kemampuannya yang dapat berkomunikasi dengan Binatang. Dia juga merupakan Raja yang sangat bijaksana, kekuasaannya bahkan mencakup sampai Bangsa Jin.

19. Nabi Syuaib
Kisah Nabi Syuaib: Nabi Syuaib menyebarkan ajaran Islam didaerah Madyan, namun masyarakat Madyan menolak ajaran tersebut hingga akhirnya Allah SWT menurunkan Azab berupa Petir dan Kilat yang menghanguskan mereka.
20. Nabi Yahya
Kisah Nabi Yahya: Nabi Yahya mengajarkan bahwa kebenaran harus ditegakkan dengan resiko apapun, pada riwayatnya dicontohkan saat dia bersikeras dan melarang pernikahan antara seorang Paman dengan Keponakannya sendiri.

21. Nabi Ya'kub
Kisah Nabi Ya'kub: Nabi Ya'kub adalah Kakek Moyang para Rasul sebelum masa Nabi Muhammad SAW. Sikap dan cara berpikirnya tentu berpengaruh kepada para Rasul keturunannya serta kaum Yahudi dan kemudian Nasrani penegak panji keesaan Allah SWT sebelum era Nabi Muhammad SAW.

22. Nabi Yunus
Kisah Nabi Yunus: Nabi Yunus berusaha menyebarkan ajaran Allah SWT, namun dia tidak mendapat sambutan baik dari masyarakat. Dalam perjalannya menjauhi daerah tersebut karena khawatir akan dibunuh.
Kapal yang dia tumpangi diguncang Topan dan diputuskan bahwa Nabi Yunus akan dikorbankan untuk ditenggelamkan ke laut demi keselamatan penumpang lainnya.. namun Mukjizat Allah SWT datang, Nabi Yunus dimakan oleh seekor Ikan Paus dan ditemukan masih hidup di perut Ikan Paus tersebut, Nabi Yunus pun melanjutkan perjalanannya dalam menyebarkan ajaran Islam.

23. Nabi Yusuf
Kisah Nabi Yusuf: Nabi Yusuf dikisahkan dalam riwayatnya sebagai seorang pria yang sangat tampan dan sangat piawai dalam memimpin negaranya, sejak kecil dia mendapat mimpi yang tidak biasa.. dan ketika besar Nabi Yusuf dapat mentakwilkan mimpinya tersebut sehingga dia sangat dihormati oleh masyarakat sekitarnya.

24. Nabi Zakaria
Kisah Nabi Zakaria: Nabi Zakaria dan istrinya yaitu Isya membaktikan dirinya untuk menjaga Baitul Maqdis - rumah Ibadah peninggalan Nabi Sulaiman di Yerusalem.
Nabi Zakaria dikaruniai keturunan oleh Allah SWT disaat beliau berusia sudah cukup uzur yaitu 100 tahun, dan Anak tersebut adalah Nabi Yahya.

25. Nabi Muhammad SAW
Kisah Nabi Muhammad SAW: Nabi Muhammad SAW adalah Rasul terakhir dan sekaligus sebagai penutup Rasul-Rasul sebelumnya, Beliaulah yang menyempurnakan ajaran-ajaran Islam.
Mukjizat yang diberikan oleh Allah SWT kepadanya sangatlah banyak, salah satunya yang paling besar adalah Al-Qur'an, yang menjadi pedoman utama kehidupan manusia. Selain itu ada pula peristiwa Isra Mi'raj yang membawanya bertemu dengan Allah SWT.

Mereka yang Jadi Saksi Awal Mula Lantunan Adzan

Ketika itu, saat sudah masuk waktunya, umat tanpa dipanggil sudah berkumpul untuk menunaikan sholat. Namun ketika sudah hijrah ke M...